KorawaSatus Korawa atau Kaurawa (Sansekerta: कौरव; kaurava) adalah kelompok antagonis dalam wiracarita Mahabharata.Nama Korawa secara umum berarti "keturunan Kuru". Kuru adalah nama seorang Maharaja yang merupakan keturunan Bharata, dan menurunkan tokoh-tokoh besar dalam wiracarita Mahabharata.Korawa adalah musuh bebuyutan para Pandawa.Jumlah mereka adalah seratus dan merupakan putra Sepertiapa kisah peperangan Baratayuda yang menewaskan Abimanyu, serta bagaimana keadaan setelah Abimayu putra Arjuna tewas di medan perang selengkapnya dapat kita simak bersama pada cerita wayang bahasa jawa Mahabarata dengan judul Abimayu gugur di bawah ini. Semoga cerita wayang bahasa jawa Mahabarata di atas dapat menghibur kita semua. Baratayudaenggal dipunawiti. Perang salebetipun 18 dinten nglajeng tanpa saged dicegah malih. Korban saking kaping kalih pihak ndhawahan ngantos telasa sedaya keluarga Kurawa, kajawi telu tiyang prajurit uga setunggal ing antawisipun yaiku Aswatama, putra Resi Drona. cerita baratayuda versi jawa â€" basedroid may 2nd, 2018 - profil tokoh dan pemain new mahabarata kaskus the largest kisah kakawin bharatayuddha kemudian diadaptasi ke dalam bahasa jawa baru dengan di yogyakarta cerita baratayuda ditulis ulang dengan judul serat perlu anda ketahui kisah baratayuda adalah Migrasisuku Jawa membuat bahasa Jawa bisa ditemukan di berbagai daerah, bahkan di luar negeri. Gubahan lain yang lebih nyata bedanya derigan cerita asli versi In­dia, adalah Baratayuda Kakawin karya Empu Sedah dan Empu Panuluh. Karya agung ini dikerjakan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya, raja Kediri (1130 - 1160). nZGZm. Kitab Baratayuda disebut juga dengan Kakawin Bhāratayuddha, merupakan karya sastra Jawa Kuno yang awalnya ditulis oleh Mpu Sedah lalu kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh. Adapun isi dari Kakawin Baratayuda ini adalah kisah perang saudara antara Korawa dan Pandawa, peperangannya sendiri disebut dengan istilah Perang Bharatayuddha. Kitab Bhāratayuddha ditulis atas perintah Maharaja Jayabaya di tahun 1157, ia adalah penguasa dari Kerajaan Kediri. Sebenarnya kitab ini merupakan simbolisme dari perang saudara yang terjadi antara Kerajaan Kediri dan Kerajaan Jenggala. Kedua kerajaan ini sama sama merupakan keturunan raja Erlangga. Pada masa pemerintahan Sultan Hamengkubuwana V, Kitab Bhāratayuddha digubah dengan menggunakan bahasa jawa baru oleh pujangga bernama Yadisapura. Hasil gubahan tersebut kemudian dikenal dengan nama Serat Barathayudha. Dengan demikian, kitab Baratayuda adalah karya sastra Jawa Kuno yang awalnya ditulis oleh Mpu Sedah lalu kemudian dilanjutkan oleh Mpu Panuluh yang berisi kisah perang saudara antara Korawa dan Pandawa. Baratayuda adalah puncak dari kisah Mahabharata yang berasal dari India mengenai perseteruan dua kubu yang masih bersaudara, yaitu Pandawa dan Kurawa. Mahabharata adalah karya sastra kuno hasil tulisan Begawan Byasa atau yang dikenal juga sebagai Vyasa dari India, dan terdiri dari delapan belas kitab. Ada pula pihak yang meyakini bahwa Mahabharata sebenarnya adalah kumpulan dari banyak cerita yang terpisah – pisah dan dikumpulkan sejak abad ke 4 sebelum Masehi. Cerita Mahabharata mengenai konflik Pandawa yang berjumlah lima orang dan sepupunya Kurawa yang berjumlah seratus orang mengenai perebutan tahta pihak sama – sama merasa memiliki hak untuk menguasai Astinapura. Pertikaian kedua kelompok bersaudara ini sebagai bagian dari sejarah perang baratayudha telah terjadi sejak mereka lahir. Kisah ini bahkan diadaptasi ke dalam berbagai bahasa, termasuk kisah versi pewayangan Jawa oleh Mpu Sedah pada tahun 1157 atas perintah Jayabaya, yang tercantum dalam silsilah kerajaan Kediri sebagai salah satu Raja Kediri. Istilah Baratayuda diambil dari judul naskah ini dan menjadi bagian dari sejarah kerajaan Kediri, yaitu Bharatayuddha yang berbahasa Jawa kuno. Dalam versi Jawa, kisah perang ini mengalami beberapa perubahan disesuaikan dengan setting yang lebih cocok dengan latar belakang Jawa sehingga dianggap terjadi di pulau Perang BaratayudaUntuk mengetahui dan memahami penyebab perang Baratayuda, kita perlu menelusuri sejarah asal muasal kelompok Pandawa dan Kurawa terlebih dulu. Karena banyaknya tokoh dan faktor yang terlibat, penyebab perang Baratayuda tidak bisa digambarkan dengan satu kalimat sederhana saja. yang Asal usul masalah yang menjadi akar dan penyebab dari perang ini antara lain1. Persyaratan SatyawatiAwal mulanya harus kita lihat dari kisah Raja Sentanu, yang ingin mempersunting Satyawati , istri keduanya yang memberi syarat agar keturunannya yang memegang hak atas tahta Astinapura. Sentanu tidak dapat memenuhi hal tersebut karena ia telah memiliki Bisma, putranya dengan Dewi Gangga. Bisma kemudian berjanji kepada Satyawati bahwa ia tidak akan mengklaim tahta bahkan tidak akan menikah selamanya asalkan Satyawati mau menikah dengan ayahnya. Maka dari Sentanu dan Satyawati lahir dua putra, Citranggada yang menggantikan Sentanu menjadi Raja Kuru dan adiknya tewas dalam pertempuran dengan raja Gendarwa licik yang memiliki nama sama dengannya, yang menantangnya karena tidak mau tersaingi dengan raja lain bernama sama. Wicitrawirya kemudian menggantikan kakaknya sebagai Raja Kuru karena Citranggada tidak memiliki istri atau keturunan. Wicitrawirya kemudian menikah dengan Ambika dan Ambalika lalu mati dalam usia muda karena penyakit paru – paru tanpa memiliki anak. Kedua jandanya kemudian memiliki anak dalam ritual dengan Resi Byasa, yaitu Dretarastra putra Ambika dan Pandu putra Dendam GendariKisah ini bermula dari Pandu, yang membawa tiga orang wanita ke Astinapura, yaitu Kunti, Gendari dan Madrim. Pandu kemudian mempersilakan kakaknya Dretarastra yang buta untuk memilih salah satu wanita tersebut. Dretarastra memilih dengan menimbang berat ketiganya, lalu ia memilih Gendari karena memiliki bobot paling berat. Menurutnya, wanita yang berbobot berat akan mudah melahitkan banyak anak sesuai keinginannya. Hal ini menyebabkan Gendari sakit hati kepada Pandu sehingga bersumpah bahwa keturunannya akan menjadi musuh bagi anak – anak Pandu Konflik Di Masa Kanak – KanakAnak – anak Pandu dari Kunti dan Madri yang berjumlah lima orang disebut Pandawa, dan anak – anak Dretarastra dan Gendari yang berjumlah seratus orang tepatnya 99 putra dan 1 putri disebut Kurawa. Persaingan sudah terjadi sejak mereka semua masih kanak – kanak. Semuanya tinggal bersama – sama di dalam satu kerajaan di Astinapura. Konflik dimulai ketika Duryudana, putra tertua Kurawa menginginkan tahta Dinasti Kuru untuk dirinya dan merasa tidak mungkin mendapatkannya jika masih ada anak – anak Pandawa. Mulailah berbagai niat jahat timbul dalam diri Duryudana untuk menyingkirkan Pandawa dan ibunya, yang ia lakukan bersama Sangkuni, adik dari Percobaan Pembunuhan PandawaDuryudana dan pamannya berusaha menyingkirkan Yudhistira yang berhak menjadi Raja dan juga semua Pandawa lainnya dengan berbagai cara, termasuk melalui percobaan pembunuhan. Duryudana membuat alat pesta yang mudah terbakar dan mengundang Pandawa serta Kunti untuk berpesta. Disana mereka akan diminta untuk mengonsumsi minuman yang sudah dicampur obat tidur. Walaupun demikian, Pandawa dilindungi oleh pamannya Widura dan Kresna, sepupu mereka sehingga selalu selamat dari upaya pembunuhan tersebut. Widura membocorkan rencana Duryudana. Pandawa dan ibunya kemudian melarikan diri ke hutan dan Keberadaan Drupadi dan Kesalahan YudistiraKedatangan Drupadi juga turut menjadi salah satu penyebab perang Baratayuda. Dalam pelariannya, Pandawa mendengar akan diadakannya sayembara di Kerajaan Panchala, dan siapapun pemenangnya akan menikahi putri Raja Panchala yaitu Drupadi. Sayembara berupa pertandingan memanah tersebut diikuti oleh Arjuna yang kemudian memenangkannya. Ketika Arjuna dan Bima membawa Drupadi pulang, mereka berkata telah mendapatkan hadiah yang terbaik. Kunti yang tidak mengetahui apa yang dibawa pulang lalu menyuruh mereka membagi rata sehingga Drupadi menjadi istri dari kelima pernikahan dengan Drupadi, Pandawa kembali ke kerajaan. Agar tidak terjadi lagi pertikaian maka kerajaan Kuru dibagi menjadi dua. Kurawa mendapatkan kerajaan utama di Astinapura sedangkan Pandawa mendapatkan Kurujanggala yang beribukota Indraprastha. Duryudana yang berkunjung ke istana Indraprastha yang megah tercebur ke kolam yang dikiranya lantai, lalu ditertawakan oleh yang dendam kepada Drupadi mencoba membalas dengan mengajak Yudistira yang sangat suka bermain dadu. Ia menyusun siasat licik agar Yudistira kalah dengan berbagai taruhan yang dimulai dari hal kecil sampai membuat Pandawa kehilangan harta dan kerajaannya. Pada akhirnya, Drupadi juga menjadi bahan taruhan. Kekalahan Pandawa membuat Duryudana bebas untuk mempermalukan Drupadi dengan mencoba menelanjanginya di depan umum. Namun berkat bantuan Kresna, selalu ada lapisan pakaian dibawah pakaian Drupadi yang dibuka oleh Dursasana, adik Duryudana. Bima yang marah bersumpah akan membunuh Dursasana dan meminum Pengasingan PandawaSetelah semua usaha yang gagal, maka Kurawa mencoba menipu para Pandawa dengan permainan dadu lagi. Syaratnya siapapun yang kalah harus meninggalkan istana selama 13 tahun. Yudistira kembali terkecoh. Kelicikan permainan menyebabkan Pandawa kalah sehingga mereka harus angkat kaki dari istana ke hutan. Dretarastra berjanji bahwa ia akan menyerahkan tahta kepada Yudistira setelah ia kembali kelak. Namun setelah masa pengasingan berakhir, Duryudana tidak mau menyerahkan Pandawa yang masih bersabar hanya meminta bagian sebanyak lima buah desa, namun itu pun ditolak mentah – mentah oleh Duryudana. Perilaku Duryudana tersebut akhirnya membuat Pandawa tidak bisa lagi menahan diri untuk berperang dan menjadi penyebab perang Baratayuda. Perang yang terjadi di Padang Kurusetra tersebut amat dahsyat dan luar biasa juga menimbulkan banyak sekali korban jiwa. Penyebab perang Baratayuda tersebut berakhir dengan sepuluh ksatria yang bertahan hidup, yaitu kelima Pandawa, Yuyutsu, Satyaki, Aswatama, Krepa dan Kertawarma. Yudhistira pada akhirnya dinobatkan sebagai Raja Kuru, dan menyerahkan tahta setelah beberapa lama kepada Parikesit, cucu Pandawa dan Drupadi kemudian mendaki gunung Himalaya untuk menjadi tujuan akhir perjalanan hidup mereka. Keempat Pandawa dan Drupadi meninggal di perjalanan, tinggal Yudistira sendiri yang berhasil mencapai puncak Himalaya dan diizinkan oleh Dewa Dharma untuk masuk surga sebagai manusia. Kisah Mahabharata ini memiliki unsur – unsur agama Hindu, sebagaimana sejarah candi arjuna, sejarah candi dieng, dan beberapa candi Hindu di Indonesia serta Candi peninggalan agama Hindu yang juga ada di negara kita. Perang Baratayuda adalah istilah di Indonesia untuk menyebut laga besar di Kurukshetra, sebagai klimaks perseteruan antara Pandawa dan Kurawa. Pihak Kurawa yang berambisi untuk menguasai Astinapura, melakukan segala cara untuk menyingkirkan Pandawa yang sebenarnya merupakan saudara mereka sendiri. Namun semua usaha tersebut gagal, sehingga meletuslah peperangan 18 hari di padang Kurusetra yang melibatkan banyak kerajaan India masa lampau. Makin penasaran dengan seluk-beluk pertikaian dua kubu dalam trah keluarga Baratha, yang menjadi bagian dari sejarah kelahiran mereka? Ikuti penjabaran dan pengertian selengkapnya berikut ini, yuk! Sejarah Perang Baratayuda1. Latar Belakanga. Persyaratan Satyawatib. Dendam Gandaric. Konflik pada Masa Kanak-Kanakd. Percobaan Pembunuhan Pandawae. Keberadaan Drupadi dan Kesalahan Yudistiraf. Pengasingan Pandawa2. Upaya Membatalkan Baratayuda3. Pertemuan Arjuna dan Duryudana dengan Krishna4. Ikrar Janji dari Salya5. Rumusan Peraturan Dharmayuddha6. 100 Lilin dari Kunti7. Genderang Pertempurana. Babak Pertamab. Babak Keduac. Pahlawan dalam Perang Baratayudhad. Tawur Demi Kemenangan8. Akhir Perang Bharatayudha Intervensi KrishnaRahasia Perancangan Baratayuda oleh Para Dewa BocorTokoh-Tokoh yang Terlibat1. Kresna2. Drona3. Raja Wirata4. Bhima5. Arjuna6. Gatot KacaDampak dan Buah Kelakuan Para KesatriaPerbedaan Versi CeritaPeta Peperangan Sejarah Perang Baratayuda 1. Latar Belakang Sumber Sebagaimana versi Mahabarata, puncak perselisihan antarkeluarga ini dipimpin oleh Puntadewa atau Yudhistira dan sepupunya Duryudana. Perlu kiranya menelusuri sejarah asal muasal kelompok Pandawa dan Kurawa terlebih dulu, untuk mengetahui dan memahami penyebab Baratayuda. Penyebabnya tak bisa digambarkan secara sederhana, karena banyaknya tokoh dan faktor yang terlibat, yang menjadi akar perang ini, yaitu a. Persyaratan Satyawati Sumber Satyawati, istri kedua yang ingin dipersunting Raja Sentanu memberi syarat agar pemegang hak atas tahta Astinapura berasal dari keturunannya. Keraguan Sentanu untuk memenuhi itu diselesaikan dengan janji Bisma, yang tak akan mengklaim tahta bahkan tak akan menikah selamanya. Sumber Sentanu dan Satyawati berputra Citranggada, pengganti Sentanu menjadi Raja Kuru tetapi tewas dalam pertempuran tanpa meninggalkan istri maupun keturunan, dan Wicitrawirya. Sang adik lalu menjadi Raja Kuru dan menikahi Ambika dan Ambalika, tapi mati dalam usia muda karena penyakit paru-paru tanpa punya anak. Baru melalui perantara ritual Resi Byasa, kedua jandanya memiliki Dretarastra putra Ambika dan Pandu putra Ambalika. b. Dendam Gandari Bibit perselisihan antara Pandawa dan Korawa dimulai sejak Pandu membawa pulang tiga orang putri dari tiga negara berbeda ke Astinapura, yaitu Kunti, Gendari, dan Madrim. Pandu mempersilakan kakaknya, Dretarastra, yang buta untuk memilih salah satu dari mereka. Kebutaan Dretarastra menyebabkannya mengangkat satu persatu ketiga putri itu untuk memilih berdasarkan berat mereka. Pilihannya jatuh kepada Gendari, karena bobot yang paling berat sesuai dengan asumsinya mengenai kemudahan melahirkan banyak anak, sesuai keinginannya. Kontan saja putri dari Kerajaan Plasajenar itu tersinggung dan sakit hati kepada Pandu, karena tak ubahnya piala bergilir. Ia bersumpah bahwa kelak, keturunannya akan menjadi musuh bebuyutan bagi anak-anak Pandu. c. Konflik pada Masa Kanak-Kanak Sumber Sepeninggalan Pandu, anak-anaknya kian menderita karena selalu menjadi target kejahatan Kurawa. Yudhistira adalah putra tertua Dinasti Kuru yang berhak menjadi Raja sejak Amarta diserahkan oleh Dretarastra kepada sang adik –karena kebutaannya. Ia hanya pengganti sementara sampai Yudistira dewasa, tapi 100 bersaudara Kurawa berpendapat lain karena sumpah dari sang ibu. Sumber Ada keinginan yang sangat kuat dari Duryudana, putra tertua Kurawa, terhadap takhta Dinasti Kuru. Timbullah niat-niat jahat dalam diri Duryudana untuk menyingkirkan Pandawa dan ibunya, bersama adik dari Gendari, Sangkuni. d. Percobaan Pembunuhan Pandawa Sumber Duryudana dan pamannya berusaha menyingkirkan Yudhistira bersama saudara-saudaranya dengan segala cara, termasuk melalui upaya pembunuhan. Duryudana membuat alat pesta dan istana yang mudah terbakar, lalu mengundang Pandawa serta Kunti untuk berpesta. Ia meminta mereka agar mengonsumsi minuman bercampur obat tidur di sana. Beruntung siasat mereka selalu gagal, karena Pandawa berada dalam lindungan sang paman, Widura. Dan Sri Kresna, sepupu mereka, sehingga selamat dari percobaan pembunuhan tersebut. Pandawa dan ibunya kemudian melarikan diri ke hutan dan berkelana. e. Keberadaan Drupadi dan Kesalahan Yudistira Sumber Pandawa mendengar sayembara yang diadakan di Kerajaan Pancala dalam pelarian mereka. Pemenangnya, siapapun dia, berhak menikahi putri Raja Panchala yang tak lain adalah Drupadi. Ketika Arjuna dan Bima membawa Drupadi pulang, tanpa tahu apa yang dibawa, Kunti menyuruh mereka membagi rata hadiahnya, sehingga Drupadi menjadi istri kelima Pandawa. Agar tak ada lagi pertikaian sekembalinya Pandawa, maka kerajaan Kuru dibagi menjadi dua, yaitu Astinapura untuk Kurawa, dan Kurujanggala untuk Pandawa. Kunjungan Duryudana ke istana Indraprastha mengawali kebencian dan dendamnya kepada Drupadi, karena suatu insiden. Sumber Maka disusunlah siasat licik sebagai pembalasan dendamnya melalui permainan dadu yang terus mengalahkan Yudistira, sampai mempermalukan Drupadi yang berusaha ditelanjangi oleh Dursasana. Melihat itu, kegeraman Bima memuncak dan memastikan kematian Dursasana berada di tangannya. f. Pengasingan Pandawa Kelicikan dalam permainan dadu mengakibatkan Kerajaan Amarta diambil alih Kurawa. Pandawa harus angkat kaki dari istana untuk menjalani hukuman pengasingan selama 12 tahun, dan setahun penyamaran sebagai rakyat jelata. Namun setelah berakhirnya masa pengasingan, Kurawa tetap tak mau menyerahkan kembali hak-hak para Pandawa, yaitu takhta dan wilayah Amarta. Bahkan Sri Kresna sebagai duta Pandawa yang menemui Kurawa, malah berani-beraninya dikeroyok oleh para prajurit di alun-alun, sampai-sampai terpaksa ber-Triwikrama. Akhirnya keputusan diambil lewat pertempuran, dan memicu terjadinya perang Baratayuda yang tak dapat dihindari lagi. 2. Upaya Membatalkan Baratayuda Seorang begawan bernama Surya Dadari diangkat menjadi penasehat Kerajaan Astina. Meski berada di kerajaan Duryudana, para kesatria Pandawa juga terpikat dan berguru kepadanya. Maka tercetuslah ikrar Begawan Surya Dadari untuk menyatukan Pandawa dan Kurawa. Namun upaya yang sesungguhnya merupakan niat buruk Patih Sengkuni itu mendapat perlawanan dari Kresna dan Semar. Surya Dadari sebenarnya ingin kedua pamomong Pandawa itu menjadi saksi penyatuan Kurawa dan Pandawa agar gagalkan berlangsungnya Perang Baratayuda. Namun menurut Semar, Perang Baratayuda itu tak terhindarkan, karena memang harus terjadi dan sudah kodrat. Akhirnya wujud Begawan Surya Dadari berubah menjadi dewa, lalu mengakui kesalahan yang dilakukannya. 3. Pertemuan Arjuna dan Duryudana dengan Krishna Menjelang masa-masa kian mendekati hari peperangan, pihak Kurawa dan Pandawa merasa perlu meminta dukungan Kerajaan Dwaraka. Krishna masih terlelap dalam tidurnya saat kedatangan dua keturunan leluhur Dinasti Kuru tersebut. Ketika bangun, yang tampak kali pertama oleh Krishna adalah Arjuna yang duduk dekat kakinya, baru kemudian ia melihat Duryudana di kursi dekat kepalanya. Arjuna meminta Krishna ada di pihak mereka meskipun tanpa senjata. Sementara Duryudana memilih bala tentara Dwaraka lengkap dengan persenjataannya. 4. Ikrar Janji dari Salya Saat Pandawa dan pasukannya sedang sibuk mempersiapkan perang, Salya, Penguasa Kerajaan Madradesa itu menata pasukan dalam jumlah besar untuk menggabungkan diri dengan Pandawa. Begitu terdengar oleh Duryudana, ia langsung memerintahkan pembangunan tempat peristirahatan yang indah, dan menyediakan limpahan makanan dan minuman di sepanjang jalur pasukan Salya. Karena sangat senang dengan pelayanan itu dan mengira semua itu telah diatur oleh Yudhistira, Salya beniat menghadiahi semua yang telah menyambut dia dan pasukannya. Keramahtamahan Duryudana membuat Salya terbuai lalu menjanjikan balasan. Maka Duryudana pun meminta keberpihakan Salya dan bala tentaranya sebagai balas budi. Salya tak kuasa menolak permintaan itu, dan mengabaikan cinta dan kehormatan yang sesungguhnya lebih pantas untuk para Pandawa. 5. Rumusan Peraturan Dharmayuddha Menjelang pecahnya Perang Baratayuda, ada pertemuan penting antara pihak Kurawa dan Pandawa untuk membuat deretan perjanjian penting bernama Dharmayuddha, antara lain Perang dimulai saat matahari terbit, dan harus berhenti saat matahari terbenam. Harus dilakukan satu lawan satu, dilarang mengeroyok prajurit yang sendirian. Dua kesatria diizinkan berduel pribadi, bila punya senjata atau kendaraan yang sama. Dilarang membunuh prajurit yang telah menyerahkan diri. Prajurit yang telah menyerahkan diri itu harus jadi tawanan perang atau budak. Kesatria yang tak bersenjata dilarang dilukai atau dibunuh. Prajurit yang sedang dalam keadaan tidak sadar dilarang dilukai atau bahkan dibunuh. Orang yang tak ikut ke tengah medan perang atau binatang dilarang dilukai atau bahkan dibunuh. Dilarang melukai atau bahkan membunuh dari belakang. Dilarang menyerang wanita. Ketika sedang menggunakan gada, tidak boleh memukulkannya ke bagian pinggang ke bawah. Dilarang berlaku curang atau tidak adil dalam berperang. Walau aturan-aturan ini memang telah disepakati, “sayangnya” tetap saja dilanggar oleh kedua belah pihak demi meraih kemenangan. 6. 100 Lilin dari Kunti Satu perkara yang membuat Duryudana dan para Kurawa lainnya ketar-ketir menjelang perang besar, karena hidup mati mereka sudah ditandai oleh ibu kandung Pandawa, Dewi Kunti. Kunti membakar 100 lilin yang tak bisa dimatikan, karena menjadi penanda setiap nyawa Kurawa yang melayang di medan perang. Gandari menangis melihat hal itu, karena tak sanggup menerima ajal kematian Duryudhana dan 99 anak lainnya di palagan Baratayudha nanti. Selama 18 hari perang berlangsung, Gendhari senantiasa menunggui lilin-lilin itu dengan setia. Apa yang dilakukan Kunti itu dilandasi rasa sakit hati atas perilaku para Kurawa yang tak adil kepada Pandawa, padahal ia selalu menahan sabar bertahun-tahun melihat perilaku mereka. 7. Genderang Pertempuran Pertempuran yang berlangsung selama 18 hari ini adalah peperangan sampai mati, maka kesatria yang berhasil mempertahankan nyawanya adalah pemenang. a. Babak Pertama Sumber Baratayudha dibuka dengan pengangkatan senapati agung atau pimpinan perang di kedua belah pihak. Pihak Pandawa mengangkat Resi Seta sebagai pimpinan perang dengan Arya Utara sebagai pendamping di sayap kanan dan Arya Wratsangka di sayap kiri. Ketangguhan ketiganya telah dikenal dan sama-sama berasal dari Kerajaan Wirata. Sumber Sementara pihak Kurawa mendaulat Bisma Resi Bisma sebagai panglima perang dengan Pandita Drona dan Prabu Salya, Raja Kerajaan Mandaraka, sebagai pendampingnya. Sumber Pasukan Pandawa yang berjumlah lebih kecil membentuk 7 divisi dengan Formasi Bajra atau Brajatikswa senjata tajam, yang memungkinkan mereka menyerang pasukan yang lebih besar. Sedangkan sebelas divisi bentukan Kurawa menggunakan siasat Wukirjaladri yang berarti “gunung samudra” dari Bisma. Serangan balatentara Kurawa laksana gulung-gulungan gelombang lautan, sedangkan serangan pasukan Pandawa pimpinan Resi Seta bagai tusukan senjata yang langsung ke pusat kematian. Arya Utara gugur dalam babak pertama peperangan ini di tangan Prabu Salya, sedangkan Pandita Drona berhasil menewaskan Arya Wratsangka. Bersenjatakan Ajian Nagakruraya dan Dahana, Busur Naracabala serta Panah kyai Cundarawa, juga Kyai Salukat, Bisma menghadapi Resi Seta dengan Gada Kyai Lukitapati-nya, pengantar kematian bagi yang mendekatinya. Duel keduanya saling mengimbangi dan sangat seru, sampai akhirnya Bisma bisa menewaskan Resi Seta. b. Babak Kedua Sumber Gugurnya Resi Seta menyebabkan Pandawa mendaulat pimpinan perang baru, yakni Drestadyumna Trustajumena dalam Baratayudha. Sedangkan Bisma tetap memimpin batalyon Kurawa. Kedua kubu menggunakan siasat yang sama dalam babak ini, yaitu Garuda-nglayang Garuda terbang. Usai menyaksikan gugurnya para komandan pasukannya, Bisma maju ke medan pertempuran, mendesak banyak barisan, dan menggempur ratusan lawan. Kresna menunjukkan jalannya untuk mengatasi kesaktian sesepuh itu, yakni mengirim Dewi Wara Srikandi menghadapinya. Sumber Srikandi adalah seorang wanita yang berubah menjadi pria, karena itu ia digunakan sebagai tameng karena Bisma akan merasa segan untuk menyerangnya. Bisma seketika menyadari akhir dari usianya sudah dekat saat melihat sosok Srikandi, maka ia tak memberi perlawanan berarti. Arjuna memanfaatkannya dengan perantara panah Hrudadali yang dilepaskan oleh istrinya, Srikandi, hingga menembus zirah Bisma sampai ke dagingnya. Bisma masih bertahan hidup bersama ratusan panah di sekujur tubuhnya, karena memiliki anugerah yakni menentukan waktu kematian sendiri. Karenanya, Bisma masih menyempatkan diri memberi wejangan ke para cucu yang berperang, sampai menyaksikan kekalahan Kurawa. c. Pahlawan dalam Perang Baratayudha Sumber Adipati Karna yang enggan menggunakan Kuntawijayadanu saat menghadapi Gatotkaca, berencana hanya akan melepaskan senjata sakti itu jika berhadapan dengan Arjuna. Namun saat Duryudana menyaksikan banyaknya korban yang berjatuhan dan kerusakan di pihaknya gara-gara Gatotkaca, ia mendesak Karna melesatkan senjata pamungkas itu. Saat Adipati Karnna memanahkan Kuntawijayadanu, senjata itu terbang teramat tinggi. Kesaktian senjata itu terus memburu Gatot Kaca bagai peluru kendali, seakan dirasuki roh Paman Kalabendana yang dulu pernah dizaliminya. Sumber Gatotkaca masih ingat pelajaran dari Kumbakarna, mengenai pemusnahan sebanyak mungkin musuh sebelum mati. Maka Gatotkaca berusaha menjatuhkan diri tepat pada tubuh Adipati Karna saat ia jatuh ke Bumi. Tetapi kewaspadaan senapati Kurawa itu tak bisa dianggap remeh, karena dengan cepat ia melompat menghindar. Sumber Jatuhnya tubuh putra Bima itu memang hanya menghancurkan kereta perang, tapi semua senjata di dalamnya yang meledak malah membunuh banyak pasukan Kurawa. Pada hari ke-16 nantinya, giliran Karna yang menjadi panglima pasukan dan berhadapan dengan Arjuna. d. Tawur Demi Kemenangan Baratayuda juga membutuhkan korban tumbal sebagai syarat kemenangan tiap pihak yang berperang. Resi Ijrapa dan putranya, Rawan, sukarela menumbalkan diri sebagai korban Tawur untuk Pandawa, karena mendapat pertolongan Bima dari bahaya raksasa. Antareja sang putra Bima bersedia pula menjadi tawur, menewaskan diri sendiri dengan menjilat bekas kakinya sendiri. Sementara itu Sagotra, hartawan yang punya hutang budi kepada Arjuna juga ingin berkorban bagi Pandawa. Namun ia malah terkena tipu muslihat Kurawa, dan dipaksa menjadi tawur bagi mereka. Meski menolak mentah-mentah, akhirnya Dursasana membunuhnya sebagai tawur pihak Kurawa. 8. Akhir Perang Bharatayudha Intervensi Krishna Sumber Dalam Baratayudha versi wayang, telah banyak kematian akibat keganasan ajian Candabirawa dari Prabu Salya di Padang Kuruksetra. Sebagai titisan Bathara Wisnu Prabu Kresna menyikapi itu dengan memerintahkan Yudhistira untuk menghadapinya, bersama pusaka Cakra Bagaskara, panah bermata cahaya sebagai bekalnya. Senjata itu melesat begitu cepat bak kilat, membentur tanah, terpental, dan menghunjam dada Prabu Salya yang menyepelekan kemampuan perang Yudhistira. Saat gugur Prabu Salya, seketika itu pula sepasukan raksasa kerdil dari ajian Candabirawa ikut berhenti menyerang dan musnah. Saat fajar merekah di ufuk timur palagan Kurusetra, Suyudana maju berperang menghadapi Wrekudara yang mengerikan. Kresna mengintervensi dengan isyarat pada Wrekudara untuk memukul paha Suyudana yang tersingkap. Wrekudara pun memukul paha Suyudana yang telah bertarung dengan kemuliaan tinggi hingga ia jatuh tersungkur dan merintih kesakitan. Telah hampir seluruh prajurit di kedua pihak meregang nyawa hanya tersisa tujuh senopati Pandawa yang masih hidup, di antaranya Pandawa lima, Satyaki, dan Yuyutsu. Sementara Kurawa hanya menyisakan tiga senopati, yakni Krepa, Aswatama, serta Kertawarma. Sumber Pada akhirnya Yudistira dinobatkan menjadi raja di Kuru atau Hastinapura. Ia lalu menyerahkan takhta kepada cucu Arjuna, Parikesit, usai sekian waktu mengemban tampuk kepemimpinan itu. Bersama Drupadi dan keempat saudara Pandawa, ia melaksanakan perjalanan spiritual dengan menapaki Gunung Himalaya untuk tujuan terakhir atas perjalanan hidup mereka. Sayangnya, Drupadi beserta keempat Pandawa adik-adik Yudhistira meninggal dalam pertengahan jalan. Tinggal menyisakan Yudhistira sendiri yang berhasil sampai di puncak, lalu dianugerahkan izin untuk memasuki surga oleh Bathara Dharma sebagai manusia. Rahasia Perancangan Baratayuda oleh Para Dewa Bocor Sumber Konon sebelum kelahiran Pandawa dan Kurawa, konfrontasi ini sudah ditetapkan kapan terjadinya oleh para dewata. Saat sudah hampir tertulis semua tokoh-tokoh yang akan terlibat, dua nama terakhir sedang dibahas, yakni Baladewa di pihak Kurawa dan siapa yang akan dihadapinya. Tetapi tinta yang tengah digunakan oleh para dewa malah ditumpahkan lebah putih yang tiba-tiba datang menghampur entah dari mana, membatalkan kisah Baladewa berperang. Padahal juru tulis kadewataan tinggal menggoreskan nama yang akan melawan sang Kakrasana itu. Ialah Sri Batara Kresna, yang menjelma sebagai lebah putih itu untuk menyadap sidang para dewa, sehingga ia pun tahu persis siapa saja yang akan bertemu ajalnya dalam Baratayuda. Para dewa hanya tertegun saat tahu penulisan kitab yang diberi nama Jitapsara itu ternyata disadap. Maka sebagai gantinya, Kresna harus menyerahkan Kembang Wijayakusuma, pusaka yang bisa menghidupkan orang mati. Tokoh-Tokoh yang Terlibat Sejumlah kecil tokoh yang terlibat dalam konfrontasi raksasa di medan Kuruksetra antara lain 1. Kresna Sumber Salah satu wujud reinkarnasi Dewa Wisnu dengan wajah yang tampan, favorit siapa saja. Warna kulitnya gelap –beberapa kisah menggambarkan warna kulitnya adalah biru. Sumber Krisna menjadi ipar dari Arjuna, sejak Arjuna menikahi adiknya, Subadra. Krisna memosisikan diri agar bersikap adil dalam perang Baratayudh. Ia tak membela Pandawa secara langsung sebagai kesatria tempur, melainkan hanya mengusiri kereta Arjuna. 2. Drona Sumber Drona memang adalah mahaguru para Kurawa dan Pandawa, tapi murid yang paling disukainya adalah Arjuna. Walau kasih sayang ini tetaplah yang kedua bila dibandingkan dengan rasa kasih sayang kepada putranya sendiri, Aswatama. Drona sangat ahli dalam seni pertempuran bahkan melakukan pengembangan-pengembangan, termasuk Dewāstra. 3. Raja Wirata Wirata adalah raja yang memberi pertolongan kepada para Pandawa untuk bersembunyi dalam kerajaannya selama masa pengasingan mereka. Asalnya adalah dari Dinasti Kerajaan Matsya, yang kemudian mendirikan kerajaan baru, yakni Kerajaan Wirata. Raja Wirata punya tiga putra, antara lain Utara, Sweta, lalu Sangka. Ia juga turut-serta ke dalam perang besar di palagan Kurukshetra dengan berpihak kepada Pandawa. 4. Bhima Sumber Raden Werkudara atau Pangeran Bima adalah putra kedua Dewi Kunti dan Prabu Pandudewanata. Sumber Walau sesungguhnya ia adalah putra dari Batara Bayu, karena Pandu yang tak bisa memberi keturunan gara-gara kutukan dari Begawan Kimindama. Namun ajian Adityaredhaya milik Dewi Kunti mampu menyebabkan pasangan tersebut bisa punya keturunan. 5. Arjuna Sumber Raden Arjuna atau Janaka dalam versi pewayangan Jawa adalah putra ketiga pasangan Prabu Pandu dan Dewi Kunti. Ia kerap pula disebut Kesatria Panengah Pandawa. Sebagaimana keempat saudaranya, Arjuna pun sebenarnya adalah putra dari Dewa Indra. Menurut versi orang Jawa, Arjuna melambangkan manusia dengan tingkatan ilmu yang tinggi, tapi selalu ragu untuk bertindak. Tampak jelas sekali bukti adanya hal itu, saat ia kehilangan gairah begitu tahu akan berhadapan dengan saudara sepupu, bahkan para gurunya di medan Kuruksetra. 6. Gatot Kaca Sumber Gatotkaca sang putra Raden Bimasena Bima atau Wrekudara adalah tokoh yang tak bisa dianggap angin lalu dalam keluarga Pandawa. Sang ibu, yang berasal dari bangsa raksasa, bernama Hidimbi Arimbi. Kesatria ini dikisahkan punya kekuatan dahsyat dan luar biasa, baik fisik maupun pemahaman spiritual. Ia telah menewaskan banyak sekutu Korawa sepanjang pertempuran besar di Kurukshetra, hingga gugur oleh senjata pamungkas milik Karna. Dampak dan Buah Kelakuan Para Kesatria Sumber Para kesatria pun baru memetik buah kelakuannya sepanjang kehidupan saat dalam Bharatayuda Abimanyu yang berstatus telah menikahi Siti Sendari, malah berbohong saat melamar Dewi Utari, sang putri Wirata. Ia justru mengaku “belum” menikah, bahkan sampai berani bersumpah tubuhnya akan diserang dengan sangat banyak senjata, bila ia memang sudah beristri. Kalabendana, paman Gathutkaca, yang tewas saat kepalanya dipukul dikeplak tanpa sengaja oleh keponakannya sendiri, karena membenarkan bahwa Abimanyu telah menikahi Dewi Utari. Maka saat Gathut rssf menerjang medan laga, Kalabendana menitiskan diri ke senjata Kunta milik Karna dan menjemput ajal putra dari bangsa raksasa itu. Narpati Basukarna Karna yang membohongi Ramabargawa atau Begawan Parasurama dengan mengaku sebagai anak Brahmana saat akan berguru kepadanya. Usai menurunkan semua kesaktiannya dan mengetahui kebohongan itu, Parasurama menyumpahi Karna bahwa semua ilmunya tidak akan berguna ketika sudah tiba waktunya. Perbedaan Versi Cerita Beberapa perbedaan lain yang terdapat dalam Kisah Baratayuda dibanding versi India di antaranya Lokasi seluruh kisah Baratayuda mulai dari masa leluhur Dinasti Kuru sampai akhir perjalanan Pandawa dibuat seolah-olah berada di Pulau Jawa. Penambahan kisah-kisah selipan di antara rangkaian peristiwa asli yang tentunya tak ada dalam epos Mahabharata versi India, termasuk kemunculan “tokoh-tokoh kembangan” seperti Punakawan. Kisah Kakawin Baratayudha pada gilirannya diadaptasikan ke Bahasa Jawa Baru berjudul Serat Baratayuda, oleh pujangga bernama Yasadipura I pada era Kasunanan Surakarta dulu. Sedangkan di Yogyakarta, wiracarita Baratayuda ditulis ulang menggunakan judul Serat Purwakandha pada era kepemimpinan Sri Sultan HB V. Proses penulisannya sendiri mulai 29 Oktober 1847 dan selesai pada 30 Juli 1848. Peta Peperangan Sumber Pada peta ini, cukup jelas bagaimana seseorang menempuh perjalanan dari atau ke Pancala dan Kuru. Sumber Dalam peta ini, ditunjukkan rute yang harus ditempuh bila ingin menuju Indraprastha dari Hastinapura. Sumber Dinasti Kuru bukanlah penguasa seluruh tanah India, karena masih ada sejumlah wilayah lain yang mengelilinginya. Bagaimanapun juga, peristiwa Baratayuda memang sudah ditakdirkan untuk terjadi. Dua kubu yang selalu bermusuhan harus saling bentrok di palagan Kuruksetra, antara trah Kurawa dan Pandawa, walau keduanya masih terpaut darah ikatan bersaudara. Narasi mahabarata adalah sebuah cerita runtuh temurun yang berusul dari India, cerita ini diambil dari sebuah kitab. Kisah Mahabarata kini diangkat kedalam sebuah layar gelas dan dibanjiri penggemar. Tetapi di tanah Jawa sendiri terdapat kisah dengan inti yang sama berjudul Kakawin Baratayuda yang ditulis oleh Mpu Sedah atas perintah Pangeran Jayabaya berbunga Kekaisaran Kediri. Cerita tersebut dahulu disajikan kepada masyarakat setempat menunggangi wayang kulit laksana media bakal bercerita. Sungguhpun mempunyai inti nan setolok, Mahabarata mempunyai perbedaan antara versi India dan versi Indonesia. perbedaan yang terdapat pada kedua versi ini ialah ibarat berikut. 1. Status Drupadi Takdirnya pada versi India diceritakan bahwa Drupadi ialah gendak berbunga kelima pandawa, intern versi Jawanya drupadi merupakan Ulam-ulam berpunca Yudhistira seseorang. Adaptasi ini dilakukan karena poliandri merupakann hal yang benar-etis pantangan lebih lagi pada masyarakat Indonesia momen ini. 2. Senjata Bima Source Kisah mahabarata adalah sebuah cerita turun temurun yang berasal dari India, kisah ini diambil dari sebuah kitab. Cerita Mahabarata kini diangkat kedalam sebuah layar kaca dan dibanjiri di tanah Jawa sendiri terdapat cerita dengan inti yang sama berjudul Kakawin Baratayuda yang ditulis oleh Mpu Sedah atas perintah Raja Jayabaya dari Kerajaan tersebut lalu disajikan kepada masyarakat setempat menggunakan wayang kulit sebagai media untuk bercerita. Meskipun memiliki inti yang sama, Mahabarata memiliki perbedaan antara versi India dan versi yang terdapat pada kedua versi ini adalah sebagai Status Drupadi Jika pada versi India diceritakan bahwa Drupadi adalah istri dari kelima pandawa, dalam versi Jawanya drupadi merupakan Istri dari Yudhistira seseorang. Adaptasi ini dilakukan karena poliandri merupakann hal yang benar-benar tabu bahkan pada masyarakat Indonesia saat Senjata Bima

cerita baratayuda versi bahasa jawa